Skip to Content
Loading...
SMK Hasan Kafrawi
SMK Hasan Kafrawi
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Hari Pahlawan Nasional

Pahlawan dan Refleksi diri; Menuju Pendidikan yang Humanis

Sebuah Pengantar

Hari pahlawan bukan hanya kegiatan seremonial yang mengenang dan mengingat jasa para pahlawan semata namun juga mendalami makna fisosofi dalam perjuangn para pahlawan dalam Tindakan untuk memperjuangkan Kemerdekaan Republik Indonesia, Merdeka dalam arti kata yang seutuhnya. Pun demikian di era modernisasi informasi dan teknologi, generasi penerus sudah semakin cerdas dan mampu membuka kran komunikasi secara masih, walapun Sebagian kecil menggunakan media komunikasi dan informasi kearah yang tidak positif. Salah satu contoh yang menjadi tren adalah maraknya penyebaran gambar dan video pornografi, hal tersebut semakin pelik dengan maraknya kasus pelecehan, pembunuhan dan penculikan yang banyak melibatkan generasi muda.

Munculnya trend dan Vibes terkait paradigma dalam perkembangan teknologi adalah mendukung dan mempercepat pencapaian hasil belajar baik unsur kognitif maupun psikomotor siswa. Namun pada kenyataannya kemajuan teknologi merupakan salah satu factor penghambat kemampuan mereka untuk belajar.  Selain itu, Sehubungan dengan masalah ini, diperlukan analisis untuk meningkatkan tingkat pencapaian remaja sehingga mereka dapat mengatasi masalah sebelum muncul dan mencegah anak kecil mengalami kesulitan belajar (Lestari, 2015). Hal itu selaras dengan tujuan Pendidikan nasional.

Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional bab 2 pasal 3 disebutkan bahwa: “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Guza A, 2009).

Refleksi diri

Tepat 10 November 2025 adalah peringatan hari pahlawan yang ke 80 tahun. Secara teori usia 80 tahun adalah menggambarkan usia seseorang yang sudah matang dan dapat menjadi teladan bagi semua. Hal itu selaras dengan tema hari pahlawan yang dilansir dari website Kemensos (10/11/2025) tema hari pahlawan adalah "Pahlawanku Teladanku, Terus Bergerak Melanjutkan Perjuangan". Sikap deladan yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata adalah:

1.      PERCAYA DIRI

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berfikir dan bertindak.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Karakter adalah watak, tabiat, dan budi pekerti yang dapat membedakan dengan manusia lainnya. Oleh sebab itu karakter seseorang bisa dibentuk dari usia dini, salah satunya adalah rasa percaya diri dan Tawadlu (santun).

Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Rasa Percaya diri adalah perasaan mampu atau keyakinan yang kuat dalam melakukan sesuatu tanpa paksaan dari orang lain. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berfikiran positif dan dapat menerimanya sebagai wujud dari ketentuan Allah.

Dengan percaya diri maka seseorang akan mudah bergaul, dan mudah menyelesaikan masalah yang akan timbul. Mereka tidak akan canggung dalam menampakkan dirinya tanpa menonjolkan kelbihan yang dimiliki dan tanpa menutupi kekurangannya.

Selain itu, orang yang percaya diri memiliki pemikiran yang positif, keyakinan kuat, dan memiliki pengetahuan yang akurat terhadap kemampuan yang dimilikinya.

2.      TAWADLU (RENDAH HATI DAN SOPAN SANTUN)

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berfikir, persepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Sikap bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, benda, tempat, gagasan, situasi dan kelompok.

Sikap yaitu perbuatan, tingkah laku, moralitas seseorang yang didasari dengan pendirian, pendapat, gagasan, ide, yang sudah diyakini. Sikap juga diartikan sebagai pandangan, tanggapan, pendirian orang-orang terhadap suatu masalah yang masuk kedalam jiwa.

Salah satu sikap yang harus dimiliki manusia adalah tawadlu. Secara epitimologi tawadlu berasal dari kata “Wadh’a” yang berarti merendahkan, serta berasal dari kata “ittadha’a” yang artinya merendahkan diri. Disamping itu kata tawadlu diartikan sebagai sikap rendah hati terhadap sesuatu. Sedangkan menurut istilah tawadlu adalah menampakkan kerendahan hati kepada sesuatu yang diagungkan yaitu Allah dan Rasulnya.

Menurut Imam Ghozali tawadlu adalah mengeluarkan kedudukanmu  atau kita dan menganggap orang lain lebih utama dari pada kita. Sedangkan menurut Ahmad Athoillah hakikat tawadlu adalah sesuatu yang timbul karena melihat kebesaran Allah dan terbukanya sifat-sifat Allah.

Tawadlu yaitu perilaku manusia yang mempunyai watak rendah hati, tidak sombong, tidak angkuh, sopan santun, dan merendahkan diri agar tidak kelihatan sombong, angkuh, congkak, besar kepala, atau kata-kata lain yang sepadan dengan kata tawadlu.

Orang yang tawadlu tidak akan bersikap sombong dan takabur. Karena orang yang rendah hati tidak memandang dirinya lebih baik dari orang lain terlebih lagi dihadapan Allah SWT. Rendah hati tidak sama dengan rendah diri, karena rendah diri adalah sikap kehilangan kepercayaan diri terutama terhadap Allah, sekalipun pada praktiknya orang yang rendah hati cenderung merendahkan dirinya dihadapan orang lain, agar tidak menjadi orang yang angkuh dan sombong, karena sikap tersebut terlahir bukan dari sikap kurang percaya diri.

3.      PRESTASI BELAJAR

Prestasi belajar adalah hasil belajar yang ditunjukkan atau diperoleh siswa sebagai hasil mempelajari baik angka maupun huruf serta perbuatannya, yang sesuai dengan hasil belajar yang dicapai dalam rentang waktu tertentu (Tulannisa, 2014). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2011, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan tentang kemampuan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang biasanya diukur dengan tes atau skor yang diberikan oleh guru.

4.      PENDIDIKAN MORAL DAN KARAKTER

Orang saat ini mulai mempertanyakan tentang benar atau salah dan melakukan penilaian mengenai benar dan salah tersebut. Banyak sekali konflik yang ditimbulkan karena pelecehan seksual, rasial, narkoba, dan politik.

Hal itu menyadarkan mereka bahwa dasar moral yang kuat akan sangat diperlukan dalam kondisi semacam ini. Isu tentang moral tersebut diupayakan untuk dimasukkan ke dalam kurikulum, meskipun bukan barang gampang.

Ada empat macam pendekatan yang bisa digunakan untuk mertancang kurikulum dengan muatan moral: (1) nihilistic yang menolak adanya nilai benar dan salah; (2) autonomic nilai benar dan salah ditentukan oleh dirinya sendiri; (3) heteronomik manusia tidak membuat nilai benar dan salah, namun menemukannya. Nilai itu bisa diajarkan; dan (4) telenomik nilai benar dan salah dilihat secara menyeluruh, sebagai perwujudan abadi dari ideology yang bersifat objektif dan normative (Hergenhahn, 2008).

Penutup

Pendidikan merupakan sarana fundamental dalam membentuk manusia yang berkarakter, cerdas, dan berdaya saing. Namun, praktik pendidikan di Indonesia selama ini masih sering terjebak dalam paradigma kognitivistik yang menekankan pencapaian akademik semata. Akibatnya, dimensi afektif, spiritual, dan sosial peserta didik sering terabaikan (Zubaidah, 2018). Pendidikan yang demikian melahirkan generasi yang unggul secara akademis, tetapi miskin empati, solidaritas, dan kepedulian lingkungan.

Dalam menghadapi krisis global baik krisis moral, kemanusiaan, maupun ekologi diperlukan paradigma pendidikan baru yang lebih humanis dan transformatif. Kurikulum Berbasis Cinta 2025 hadir sebagai jawaban atas kebutuhan ini. Kurikulum ini memandang cinta sebagai dasar pendidikan: cinta kepada Tuhan, diri sendiri, sesama, dan alam semesta. Dengan cinta, proses belajar tidak hanya bertujuan mencetak individu berpengetahuan, tetapi juga membentuk manusia yang penuh kasih sayang, empati, dan peduli pada keberlanjutan hidup.

Sebagai refleksi diri dimomen hari pahlawan ini mari kita Bersama-sama menciptkan Lembaga Pendidikan yang humanistic dan ramah terhadap perkembangan mental anak tanpa mengesamping nilai-nilai keteladanan sikap pahlawan yang berjuang sampai titik darah penghabisan.


Selamat hari pahlawan, mari kita jaga keutuhan NKRI dengan saling menghargai dan menghormati.


 

Share

Related Posts

Confirmation of Closure

Are you sure you want to close this video playback?